Welcome..
You are visiting Sheila Wirya's Blog.. :D

Jumat, 07 Oktober 2011

WNR Palembang yang sesuatu banget yaa..


Yeay!! Akhirnya bisa kembali ngepost lagi di blog ini. Banyak banget cerita yang mau gue share satu per satu di sini. Tapi mungkin gak akan bisa semuanya. Semoga aja cerita gue yang satu ini bisa menjadi bahan bagi gue untuk instrokpesi diri, setelah sekian banyak hal telah gue lewati di akhir bulan September dan awal bulan Oktober nan cerah ini :) hehehe..

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 3 Oktober 2011, gue baru aja pulang dari Palembang. Hal itu dikarenakan gue mengikuti salah satu acaranya BDI (Budha Dharma Indonesia), yaitu WNR (Wahana Negara Rahaja) 2011. WNR ini memang diadakan tiap tahun di daerah yang berbeda-beda di seluruh Indonesia. WNR 2010 kemarin di adakan di DKI Jakarta, dan tahun ini Palembanglah yang kedapetan jatah untuk jadi tuan rumah WNR 2011. *Btw, WNR itu sejenis kegiatan agama Budha yang berisikan kegiatan tentang ajaran agama, tapi dibungkus dalam bentuk yang fun dan seru. Gak hanya belajar tentang agama, di sana kita juga dikenalkan dengan kekhasan daerah, tempat WNR tsb berlangsung. Jadi, sembari jalan-jalan lah yaa*

Nah, dari tahun2 sebelumnya pun, gue gak pernah ikutan WNR sama sekali. Gue emang gak pernah bermimpi sih untuk bisa ikut WNR, karena menurut gue, biayanya mahal. Emang sih. WNR tahun ini aja hampir 3jt. Bagi gue 3jt itu bisa digunain untuk hal lain yang mungkin lebih mendesak. Tapi ternyata rejeki berkata lain. Gue kerja di BDI DKI Jakarta sebagai sekda DKI. Gue yang ngurusin data2 WNR umat DKI, yang totalnya ratusan kepala itu. hehehe. Kalo dipikir2 hebat juga ya :p
Jadi karena hal itu, mau gak mau gue harus ikutan berangkat ke WNR(sebagai sekda DKI pastinya) kali ini. Takutnya ada masalah apa2 dg data umat DKI, kan mesti harus ada yang bertanggung jawab. Soal biaya? Tenang.. Bagi staf BDI, ternyata dapat subsidi gitu, jadi gak usah bayar full. hehehe.
Tentunya dengan bangga dong gue ikutan berangkat ke Palembang (meskipun naik bus, maklum masih junior :p)

Dalam hati, selama perjalanan, gue berharap di Palembang nanti, umat DKI tidak akan menimbulkan masalah yang terlalu pelik2 amat (masalah sih pasti ada). Secara umat DKI adalah umat yang paling banyak mengikuti WNR dibandingkan daerah2 lain, totalnya sekitar 260an. Dan umat DKI itu biasanya adalah rombongan yang paling heboh. Tapi ternyata harapan gue itu salah. Masalah yang terjadi selama gue berada di Palembang, yg berhubungan dengan umat DKI pastinya, sangatlah pelik. Luar biasa pelik. Oh no!!

Sekitar 92 umat DKI Jakarta yang mendaftar transport untuk penjemputan Bandara-Hotel dan Hotel-Bandara, datanya gak masuk di panitia transport WNR 2011. Atau dengan kata lain, mereka daftar transport tapi gak ada satu panitia pun yang mendaftarkan pemesanan mobil mereka ke rental mobil.

Gue syok setengah mati. 92 umat DKI nasib penjemputannya terlantar entah kemana. Dan lagi, ke92 orang itu sudah membayar biaya transport tersebut. Coba bayangin keadaan saat itu. TING TONG.. JACKPOT MANIA!!
Gak ada waktu lagi untuk nangis karena syok!! Malam itu tanggal 27 September malam, gue masih di bus, dalam perjalanan menuju Palembang. Kapal ferri sudah hampir berlayar. Gue menerima telepon langsung dari temen seperjuangan gue yang uda sampe duluan di Palembang. Dia menceritakan apa yang terjadi by phone dan gue nganga gak tau mau ngomong apa. Akhirnya, karena malam itu sudah H-2 kedatangan peserta WNR 2011 dari DKI, guelah sendiri yang melist ulang ke 92 nama tersebut, ditemani dengan lampu bus yang lumayan terang. Setelah ketahuan siapa2 aja orang yang miss dari data panitia. Gue panik dan kembali bingung. Mau diapakan ke 92 orang ini? Mereka mau diangkut pake apa? Tiba-tiba sebuah solusi datang..

S : Bagaimana kalau mereka disuruh naik taksi aja semuanya? Nanti uang transportnya kita balikkin?
D : Gak mungkin, akan ribet kalo kayak gitu. Berapa taksi coba yang disuruh bejejer. Lagian mereka pasti nanti akan rusuh banget. Mau gak mau kita harus pesen bus sendiri untuk angkut mereka semua. Nanti panitia akan kasih contact PO pemesanan transport yg ada di Palembang. Lo hubungin deh ya. Bentar lagi gue BBM lo. Gue di sini juga lagi hectic  banget soalnya ngurusin kawin massal. Oke?
S : Yaudalah mau gimana lagi. Nanti gue hubungin POnya. Tengkiu. Byee
D : Oke deh. Byee..

Pembicaraan berhenti dan gue pun semakin deg2an, seumur2 gue gak pernah tuh namanya memesan transport dalam keadaan segenting itu dan untuk orang sebanyak itu. Malam berganti pagi, gue masih dalam perjalanan menuju vihara Palembang, tempat para panitia berkumpul untuk hectic2an bersama sebelum hari H (tgl 29 September 2011) WNR di mulai. Gue pun akhirnya sampai di vihara itu. Suasana di sana cukup padat dengan panitia. Mereka semua sibuk dengan kerjaannya masing2. Begitu juga gue. Setelah sampai di vihara, bertemu dg teman seperjuangan gue yang satu itu, menumpahkan segala bayangan2 buruk yang melintas di otak gue selama perjalanan menuju Palembang. Akhirnya gue sedikit mulai tenang. Satu per satu CP PO transport yang dikasih, gue hubungin tanpa ada yg luput. Memesan bus untuk penjemputan umat DKI yang terlantar pun berhasil gue lewati. Tapi, masalah gak selesai sampai di situ.
UANG UNTUK BAYAR BUS TERSEBUT DAPET DARI MANA?? INI UDA MALEM, GUE MAU DAPET UANG SEBANYAK ITU DARI MANA?? SHIT!!
Gue panik gak kepalang. Total uangnya jutaan pula dan pusat gak bisa memberikan uang umat yang sudah membayar, dalam waktu sekejap. Tiba2 hp gue bergetar, telepon masuk dari Bu Ritha (Ibu ketua umat BDI DKI = Bos gue)

Bu Ritha : Sheil?
Gue         : Iya bu? (dag dig dug gak karuan)
Bu Ritha : Itu transport umat DKI kenapa sheil? Kok bisa kacau balau begitu? Kamu gak boleh       gini lho, jangan di sepelein. Jadinya kacau dan umat sekarang terlantar. Coba kamu jelasin ke Ibu sekarang, kenapa bisa gitu? Solusi yg kamu punya apa? Bahaya banget loh ini. Besok pagi mereka semua uda sampai di Palembang, mau di angkut pakai apa sheil? Banyak jumlahnya.
Gue        : Maaf banget bu. Semuanya jadi gini karena kecerobohan saya. Saat ini bus untuk mengangkut mereka semua besok uda ada bu, tapi uangnya gak ada. Pusat gak bisa turunin uang itu dalam sekejap. Saya bingung.
Bu Ritha : Ya uda kalo gitu sekarang gini aja, butuh uangnya berapa? Pake uang saya dulu aja.
Gue         : Oh, oke. Butuhnya 1,3jt bu.
Bu Ritha : Oke, nanti kasih ke kamunya gimana? Ini kan uda malam, titip ajeng aja kali ya? Nanti kan dia ke vihara. Sekarang dia masih di Novotel ini, saya tadi liat.
Gue         : Oh kayak gitu juga boleh bu. Terima kasih banyak ya bu.
Bu Ritha : Diurus ya shel, sampai beres, jangan ada umat yang ketinggalan.
Gue         : Oke bu. Terima kasih banyak.

Nyessssss.. Gue kayak disirem pake air dingin saat itu juga. Antara kedinginan dan sejuk sesaat. Malam itu pun lewat. Keesokan paginya, bersama dengan LO yg bertugas di bandara dan Davy (temen seperjuangan), gue meluncur ke bandara untuk mengatur umat2 DKI yang telah sampai. Untuk menjelaskan kepada mereka kesalahan apa yg telah terjadi, dan membuat mereka tidak panik, lalu menggiring mereka semua ke dalam bus penjemputan yang gue pesen atas nama gue sendiri (Thanks Gohonzon, itu semua berjalan lancar). Penjemputan kepulangan ke 92 umat tersebut pun berjalan cukup lancar, meskipun ada aja Ibu2 yang ngomel2 kesel karena satu dan lain hal. Setidaknya gue bisa menambali kebocoran yang ada di sana sini dengan tetap stay dan gak kabur dari masalah tersebut.

Gue sadar, benar2 sadar banget dengan apa yang terjadi di atas. Masih terbayang di benak gue gimana stres, takut, dan paniknya gue saat mengetahui adanya miss data transportasi tersebut. Gue sadar kalau semua itu memang mutlak kesalahan gue, super nekat! Gilak! Gue menganggap sepele 92 orang umat DKI tersebut. Gak ngecek lagi semua data WNR dengan sungguh2 dan gak merasa kalau hal itu sangatlah amat penting. Gue gak bener2 bilang dan minta tolong saat gue memang kewalahan mengcover data2 WNR tersebut. Akhirnya ya  uda, buyar semuanya, amburadul.
Lagi-lagi gue belajar banyakkkk banget dari pristiwa tersebut, gue harus pake hati, mikirin orang lain dengan sepenuh hati. Gak peduli apapun, saat gue menyanggupinya, ya gue harus sanggup sepenuh hati. Bukannya malah main2. Banyak banget sifat buruk gue yang harus gue buang. Yang dari dulu gue perangi tapi gak menang2. Ini nih salah satu dampaknya.

Haiyaaa..
Bener-bener WNR pertama yang tak terlupakan banget.
Luar biasa hebat dan gilak!!
Maap nie kalo tulisannya agak panjang, sebenernya sih masih bisa dipanjangin lagi kalo mau, tapi takutnya jadi kebablasan. hahahaha.

Terima kasih banget untuk..
Bu Ritha, Bowo dan Ratno, Davy, Nico (selalu memberi kan semangat), lolen, Pak Erik (manager PO pemesanan bus), Pur, Wirya, Licien, para LO yg telah membantu dan terima kasih yang paling besar untuk Gohonzon :D